Ku haur menguatkan tiap gumpalan darah di dada
Tapi ia terus saja mencibir hidupku
Bahkan kerap kali menampar masa depan ku...
Tidakkah dengusan nafaas kehidupan tahu....
Aku haus akan kebahagiaan,,,
Tapi,,, bahkan semilir angin tak mampu memberi kesejukan DI DADA
Ia justeru menggumpal merasuk kedalam tiap inci pori pori tubuhku
Ia membunuh ku dengan cara perlahan kelembutuannya,
Akuu...
Hanya mampu terpatung,
Tidak mampu membalas,,,
Tidak kuat pula berteriak....
Ia telah terlalu jauh membunuhku,,
lalu... sampai ia tetap datang dengan panas matahari dan geramnya mendung pagi,,
tak pernah bisa berteriak pada sore penuh kelembutan,,